Pembelajaran Masih Membebani Siswa

Date: 16/04/2020

Program Belajar dari Rumah yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih belum memberikan solusi mumpuni atas masalah-masalah pembelajaran jarak jauh.


Pemerintah terus mencari metode yang pas dan sesuai kondisi siswa guna menunjang kegiatan belajar mengajar di masa pandemi Covid-19. Terobosan teranyar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengajak Lembaga Penyiaran Publik TVRI untuk menyiarkan program Belajar dari Rumah adalah langkah yang patut diapresiasi.


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebutkan program Belajar dari Rumah adalah jawaban atas keluhan masyarakat di daerah. Amunisi baru Kemendikbud ini demi menjamin pemerataan akses pendidikan bagi semua kalangan selama darurat corona. Meskipun demikian, kebijakan ini berpotensi menimbulkan masalah baru.


Tayangan pelajaran melalui saluran televisi nasional di tengah pembatasan sosial seperti sekarang ini sangat membantu siswa, terutama yang berada di pedalaman. Siswa bisa mengikuti pembelajaran yang selama ini terkendala fasilitas internet dalam sistem belajar daring.


Namun, persoalannya akan menjadi lain bila siswa mengalami kendala dalam belajar. Program siaran Belajar dari Rumah masih menyisakan beberapa persoalan yang sama, misalnya, pembelajaran yang tidak efektif karena komunikasi hanya berlangsung satu arah.


Berbeda dengan pembelajaran yang mengusung komunikasi dua arah, dalam pola komunikasi satu arah, guru selaku penyampai informasi memiliki otoritas mutlak dalam pembelajaran. Figur guru di sini sebagai sumber ilmu pengetahuan dan siswa hanya menampung informasi. Interaksi semacam ini kurang menguntungkan siswa sebab dia tidak diberikan kesempatan menanggapi dan merespon materi yang dipelajari.


Sedangkan pada komunikasi dua arah, guru dan siswa bisa bertukar peran. Guru memiliki peran sebagai komunikator sekaligus komunikan. Pun sebaliknya, siswa berkesempatan memberikan feedback atas materi pelajaran yang telah ia terima. Siswa dapat memberikan umpan balik dalam bentuk pertanyaan dan tanggapan.


Hal tersebut didukung pendapat Mangal dalam bukunya Essentials of Educational Technology. Respon (feedback) menurut Mangal merupakan hasil dari proses menerima dan menginterpretasi pesan atau informasi yang diperoleh. Siswa sebagai komunikan (penerima pesan), setelah mengolah informasi yang diperoleh, bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyangkut materi yang belum dipahami.


Program Belajar dari Rumah juga akan terkendala prasarana bagi mereka yang berada di pelosok negeri. Listrik belum mengaliri semua desa sehingga anak-anak tidak akan bisa mengikuti proses pembelajaran jarak jauh ini. Hingga kini, beberapa daerah di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang sudah menikmati listrik pun hanya bisa melihat cahaya listrik saat malam tiba.


Pembelajaran jarak jauh (PJJ) kembali menjadi beban bagi siswa ketika guru mereka di sekolah, dengan alasan capaian kurikulum, masih memberikan materi belajar serta tugas tambahan. Padahal Menteri Nadiem sudah menegaskan hal tersebut dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Kegiatan belajar dari rumah tidak boleh terbebani oleh tuntutan untuk menuntaskan capaian kurikulum sebagai syarat kenaikan kelas ataupun kelulusan. Cuma, pada praktiknya tidaklah demikian.


Hasil survei oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa salah satu harapan siswa selama proses belajar di rumah adalah sekolah tidak banyak memberikan tugas. Dinas pendidikan sudah semestinya tidak menekan guru untuk menyelesaikan capaian kurikulum. Langkah ini akan berimbas tekanan kepada siswa agar mengerjakan banyak tugas tambahan.


Tantangan lain kembali mencuat meski program Belajar dari Rumah berisi konten-konten menarik. Durasi siaran untuk setiap jenjang pendidikan terlalu singkat. Siswa mengalami kendala dalam mengikuti dan menyalin materi yang diajarkan. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu mengevaluasi kembali durasi siaran sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.


Kendati berbagai terobosan telah dilakukan, implementasi model pembelajaran jarak jauh sungguh bukan hal yang mudah. Kegiatan belajar mengajar yang semulanya di ruang kelas dengan model tatap muka saja sudah meninggalkan beragam permasalahan. Proses pembelajaran di masa darurat corona yang direncakanan hingga tiga bulan ke depan mesti lebih fleksibel.