Pengalaman Pertama sebagai Juru Bahasa Pernikahan

Date: 15/08/2020

Jumat, 14 Agustus 2020 menjadi hari yang istimewa bagi salah seorang rekan kerja saya yang memutuskan untuk menikahi pria pilihannya, seorang laki-laki berkewarganegaraan Austria. Hari itu juga menjadi hari besar bagi saya karena saya diminta menjadi interpreter (juru bahasa) dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia dalam pernikahan sipil mereka di Standesamt Wien-Zentrum - sebuah kantor pencatatan sipil di Distrik 9, kota Wina.


Mengapa perlu seorang interpreter? Merujuk pada peraturan yang berlaku dalam pernikahan sipil di Austria: bilamana salah satu mempelai tidak memiliki kemampuan bahasa Jerman yang memadai untuk mengikuti/memahami jalannya pernikahan sipil, maka yang bersangkutan perlu didampingi oleh seorang juru bahasa tersumpah agar menjuru bahasakan ke bahasa sasaran yang dipahami oleh yang bersangkutan.


Mengapa saya? Jawaban sederhananya adalah: Karena BELUM ADA penerjemah/juru bahasa tersumpah untuk pasangan bahasa Jerman-bahasa Indonesia di Austria. Teman saya dan calon suaminya waktu itu bahkan sempat kesulitan menemukan juru bahasa untuk pernikahan mereka. Lantas, kenapa saya? Saya sendiri memang belum menjadi seorang penerjemah/juru bahasa tersumpah di Austria. Meski demikian, saya adalah penerjemah/juru bahasa yang juga anggota aktif dengan status anggota penuh pada Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI), sehingga nama saya kemudian diusulkan untuk menjadi juru bahasa pada pernikahan sipil mereka.


(Mungkin) atas dasar pertimbangan itulah, permohonan tersebut kemudian diterima. Pada 4 Agustus lalu, kedua calon mempelai dan saya menyambangi kantor pencatatan sipil tempat akan dilangsungkannya pernikahan sipil. Maksud kedatangan kami guna mendaftarkan nama kedua mempelai yang akan menikah pada tanggal 14 Agustus 2020. Pun nama saya sebagai juru bahasa pernikahan mereka nanti. Pada kesempatan itu, saya membantu menerjemahkan proses verifikasi data yang dilakukan oleh seorang petugas pencatatan sipil dengan calon mempelai wanita.


Singkat cerita, hari yang dinanti akhirnya tiba. 14 Agustus 2020, pukul 13.40 waktu Austria, pernikahan sipil pasangan Yana Desianti dan Michael Johann Jäger dilangsungkan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi Covid-19. Tampak sebuah pintu aula kecil telah dibuka. Kursi-kursi di dalam ruangan disusun berjarak dengan kapasitas tidak lebih dari 20 orang. Sementara itu, kami masih menanti dengan tertib di ruang tunggu.


Tak berapa lama berselang, kedua mempelai, kedua saksi, dan saya dipersilakan masuk disusul oleh keluarga dari kedua belah pihak. Timbul perasaan kikuk dalam diri saat saya melihat hanya ada 4 kursi yang disediakan di baris terdepan dan praktis langsung ditempati oleh kedua mempelai dan dua orang saksi. “Beta duduk di mana ni?”, gumam saya dalam hati, sedangkan para tamu mulai mengisi tempat yang sudah disediakan.


Saat itu, saya sadar bahwa skenario interpreting jelas akan berubah. Mulanya saya akan melakukan penjurubahasaan simultan dengan berbisik ke mempelai wanita (whisper interpreting). Namun, dengan hadirnya kedua saksi, terlebih lagi, saksi dari pihak mempelai wanita yang juga tidak bisa berbahasa Jerman, tentu teknik penjurubahasaan dalam pernikahan ini pasti diubah. Benar saja, saya kemudian diminta untuk berdiri tepat di samping kiri petugas yang memimpin jalannya pernikahan sipil dan harus menjuru bahasakan dengan gaya konsekutif kepada hadirin.


Degup jantung saya terasa semakin cepat. Perasaan saya menjadi tidak keruan. Saya gugup, saya tidak menyiapkan diri terlebih mental saya untuk jenis penjurubahasaan ini. But it’s no use crying over spilled milk - nasi sudah menjadi bubur. Saya mesti menuntaskan tugas saya ini. Perlahan saya mulai menerjemahkan secara lisan setiap kalimat yang dilafalkan petugas pencatatan sipil hingga akhir prosesi pernikahan sipil tersebut.


Meski saya menjalankan tugas saya sebagai juru bahasa dengan cukup baik, masih banyak kekurangan yang mengharuskan saya untuk terus belajar dan selalu berlatih sehingga saya selalu siap menghadapi situasi apapun. Momen pernikahan ini juga memberikan pengalaman yang baru bagi saya sebagai seorang penerjemah/juru bahasa dalam menekuni profesi yang sedang saya geluti.


Saya ingin berterima kasih kepada Yana dan Michael yang sudah memercayakan saya menjadi juru bahasa dalam acara kalian berdua yang begitu sakral dan penting. Vielen herzlichen Dank! Und für euren gemeinsamen Lebensweg wünsche ich alles Liebe und Gute, Yana und Michael!


Wina, 15 Agustus 2020


Pace Seprice Sakan