10 Ungkapan tentang Uang dalam Bahasa Jerman

Date: 16/05/2021

Pagi tadi saya sepintas melihat beberapa cuitan potongan cerita-cerita jenaka dari pengguna media sosial Twitter, berisi tingkah lucu adik-adik dan keponakan-keponakan mereka yang tampaknya tidak begitu tertarik dengan “pundi-pundi” THR Lebaran yang mereka peroleh. Ada yang kesal karena uang yang didapat memiliki warna yang seragam, ada juga yang mengembalikannya kepada tante atau om yang memberikannya karena tak tahu peruntukan uang-uang itu, bahkan ada pula yang menerbangkannya saat di perjalanan pulang dari rumah sanak famili. Semua cerita itu nyaris membuat saya terpingkal-pingkal.


Berbeda dengan bocah-bocah tadi --yang mungkin belum mengenal nilai uang--, bagi orang dewasa, uang adalah hal yang sensitif untuk dibicarakan. Tak terkecuali bagi orang Jerman. Meski orang Jerman menganggap uang sebagai hal yang tabu, ternyata kita masih bisa temukan unsur uang di dalam ungkapan-ungkapan berbahasa Jerman. Oleh karenanya, kali ini kita akan berkenalan dengan 10 ungkapan di dalam bahasa Jerman yang menggunakan kata dan unsur “uang”.


Ungkapan ini juga dikenal di dalam berbagai bahasa lain. Pun di dalam bahasa Indonesia: Waktu adalah uang. Ungkapan yang dipopulerkan oleh Benjamin Franklin ini berdasar pada pendapatnya bahwa waktu sangatlah berharga sehingga harus digunakan secara cermat.


Ungkapan ini cocok untuk kamu yang sering menghamburkan uang untuk hal-hal yang sebetulnya tak begitu kamu perlukan. Kamu seakan membuang uang ke luar jendela. Ini tentu saja sebuah kalimat figuratif. Bila seseorang membuang uangnya melalui jendela, maka sudah tentu uangnya akan hilang dan dia tidak mendapatkan keuntungan dari aksinya itu.


Ungkapan ini telah berusia lebih dari 2000 tahun. Pada zaman kekaisaran romawi, Vespasian --kaisar yang memerintah saat itu-- menggunakan ungkapan ini sebagai jawaban terhadap kritik atas pungutan pajak toilet. Kini digunakan oleh orang Jerman untuk menegaskan bahwa selama orang menghasilkan uang, tidak perlu bagaimana dan dengan cara apa uang itu dia peroleh, ia akan melakukannya.


Versi yang lebih modern dari ungkapan ini adalah Wer den Cent nicht ehrt, ist den Euro nicht wert. Maksudnya, sekecil apapun uang yang didapatkan, kita patut tetap mensyukurinya. Orang-orang Jerman sangat memaknai ungkapan ini, sehingga mereka akan langsung memungut 1 Cent begitu terjatuh ke tanah, lantas menyimpannya.


Jika kamu termasuk orang yang gemar mengeluarkan uang untuk bersenang-senang saat mendapatkan gaji, maka kamu adalah orang yang digambarkan dalam ungkapan ini. Pemakaian koin sebagai alat pembayaran sudah dikenal sejak Zaman Pertengahan. Koin yang digunakan biasanya bergambar kepala di salah satu sisi dan angka pada sisi yang lain. Saat melakukan pembayaran, umumnya bagian yang bertuliskan angka yang menghadap ke atas dan bagian kepala biasanya yang mengenai meja. Selanjutnya diberikan ke kasir dengan cara diketukkan ke meja sehingga mengeluarkan bunyi. Ini yang dimaksudkan dengan membenturkan (gambar) kepala. Man haute also sein geld wirklich auf den Kopf.


Heller dan Pfennig pernah menjadi koin dengan nilai terkecil. Nilai yang sama dengan sen (Cent) jika kita bandingkan dengan mata uang euro sekarang ini. Jika ada yang meminjam uang dan mengembalikannya sesuai dengan jumlah yang dipinjamnya, bahkan hingga nominal terkecil sekalipun, maka ia mengembalikannya sesuai dengan Heller dan Pfennig. Er zählt die Summe auf Heller und Pfennig


Eine Heide (kafir) bagi pemeluk agama Kristen adalah sosok yang tidak mempercayai Tuhan maupun Alkitab. Mulanya ungkapan eine Heidenangst jauh lebih dikenal, yang berarti: seseorang yang memiliki rasa takut yang besar. Belakangan kata Heide digunakan untuk konteks yang lebih luas sebagai bentuk penekanan sebuah kata. Misalnya, saya baru saja menghabiskan liburan seru bersama dengan teman-teman, maka bisa saya katakan Das war ein Heidenspaß!- Liburannya seru sekali! Pun jika seseorang menghasilkan jumlah uang yang amat banyak (Er/sie macht ein Heidengeld).


Di Tahun 2021 ini, kata investasi semakin menjadi hal lumrah dan kerap kita dengar, bahkan di obrolan warung kopi. Pelaku investasi atau orang yang mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi dikenal sebagai investor. Kita ambil contoh, misalnya ada beberapa investor dengan modal yang besar mengeluarkan dana untuk melakukan investasi di sebuah perusahaan rintisan (start-up) dengan harapan akan memberikan imbal hasil yang menguntungkan. Meski demikian, tidak jarang bukan untung yang didapat malah buntung yang diperoleh. Demi menyelamatkan perusahaan, mereka memberanikan diri untuk mengucurkan dana tambahan, meskipun hasil akhirnya sudah bisa ditebak: Tetap merugi. Die Investoren werfen gutes Geld schlechtem hinterher.


Sebelum sen ada dan euro digunakan sebagai mata uang resmi di Jerman, mata uang yang sempat digunakan adalah D-Mark (Deutsche Mark) dan Pfennig sebagai satuan nilai terkecil. Koin 10 Pfennig memiliki sebutan lain yaitu der Groschen dan digunakan untuk membeli tiket, permen atau perangko di mesin-mesin pembelian otomatis. Saat itu, dibutuhkan waktu yang agak lama agar koin benar-benar bisa masuk ke dalam mesin sehingga proses pembelian bisa dilakukan. Karena itu, muncullah ungkapan: Endlich ist der Groschen gefallen. Akhirnya koinnya masuk juga. Hari ini, ungkapan tersebut digunakan apabila seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk menangkap maksud sebuah lelucon. 


Makna ungkapan ini secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti uang menguasai dunia atau uang mengatur dunia. Kita dapat melakukan apa saja asalkan memiliki uang. Siapa yang mempunyai uang, dia bisa berkuasa. Tentu makna ungkapan ini tergantung pada konteks kalimat dan situasinya. Bisa bermakna positif ataupun negatif.