3 Jurus Jitu Menulis Gaya Hidup: Citayam Fashion Week

Date: 31/07/2022

Beberapa minggu terakhir, rubrik liputan gaya hidup di media-media daring skala kecil hingga media cetak besar tanah air kembali ramai seiring dengan fenomena Citayam Fashion Week. Tak pelak, Citayam Fashion Week kemudian menjadi headline berbagai surat kabar nasional. Ada liputan yang diramu dan disajikan dengan sangat menarik, namun ada pula berita yang biasa-biasa saja.


Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana tulisan gaya hidup yang menarik itu? Liputan gaya hidup yang baik selain mendeskripsikan topiknya, tulisan tersebut perlu lebih dalam membahas kisah di baliknya. Lantas, muncul pertanyaan lain: Apa yang membedakan penulisan liputan gaya hidup dengan liputan-liputan lainnya? Jawabannya: Tidak ada. Kita sebenarnya bisa menerapkan teknik menulis berita politik, misalnya, untuk tulisan apapun, termasuk gaya hidup. Pelajaran pertama yang dapat kita ambil adalah: Teknik penulisan berita itu sama saja.


Pelajaran kedua adalah deskripsikan rupa-rupa gaya hidup yang terlihat, jangan mengobral kata sifat yang berlebihan dalam tulisan. Sebagian besar penulis gaya hidup, baik saat menulis fashion, makanan, arsitektur, maupun musik cenderung mengumbar adjektiva (kata sifat). Glamor dan anggun untuk tulisan mode, enak dan lezat untuk tulisan kuliner. Untuk menjaga objektivitas, tulislah dengan menggunakan metode deskripsi. Sebisa mungkin hindarilah semua kata sifat karena kata-kata tersebut tidak ada gunanya dalam penulisan gaya hidup serta ulasan tentang makanan, karena mode dan kuliner sejatinya adalah soal selera. Memberi kata sifat sama saja dengan memaksakan selera penulis kepada pembaca. Contoh kasus, misalnya, ada baju yang menurut kita jelek saat kita meliput acara Citayam Fashion Week, deskripsikan saja kekurangannya. Misalnya: Jahitan tidak rapi, meniru gaya baju lain, atau perpaduan warna yang tidak tepat. 


Tantangan kemudian muncul saat kita dituntut untuk bisa mengenali dengan baik apa yang mesti dideskripsikan. Ini hal yang penting namun tidak mudah bagi penulis. Deskripsi visual memang mudah tetapi yang sulit biasanya mendeskripsikan apa yang dicecap lidah dan dihidu oleh indra penciuman. Bagaimana kita tahu sebuah parfum memiliki aroma sandal wood? Ini tentu perlu latihan, bukan? Penulis kuliner harus sering berpartisipasi dalam acara wine testing agar terbiasa mengenal aroma dan rasa khas sebuah anggur. Satu tip baik yang bisa kita ikuti: jika belum ahli, tanyakan kepada pembuatnya atau ahlinya.


Apa hanya itu saja? Tentu tidak, masih ada hal lain. Deskripsi semata membawa kita pada penggambaran, dan akan cenderung minim pendalaman. Artinya, deskripsi saja tak cukup sebagai bahan tulisan gaya hidup. Untuk mengungkapkan betapa eloknya sebuah baju, media foto dan video tentu lebih unggul dan utuh menampilkannya. Tulisan harus mengungkap hal yang berbeda, yang lebih mendalam dari sekadar tangkapan indra. Harus diingat, deskripsi bahkan bisa menjadi bumerang, karena deskripsi yang terlalu detail kerap mengganggu dan mubazir. Harus ada hal lain di luar baju di Citayam Fashion Week yang harus diceritakan.


Masalahnya, jika bukan baju, apa yang harus diceritakan dari sebuah peragaan busana? Salah satu liputan untuk rubrik gaya hidup yang pernah saya baca dan meninggalkan kesan tersendiri bagi saya adalah liputan yang mengulas baju-baju anak punk. Pakaian yang digunakan para punkers. Liputan tersebut menceritakan dengan dukungan berbagai referensi bahwa pemakaian baju-baju tersebut bukan hanya untuk bergaya. Ada ideologi sosialisme-anarkisme yang melatarbelakanginya. Bagaimana dulu Vivienne Westwood dan kekasihnya, Malcolm McLaren (manajer band punk Sex Pistols), merancang baju dari kulit dan paku-paku itu. Di sini jelas terlihat bahwa ada kisah di balik baju! Kisah seperti inilah yang seharusnya muncul dalam tulisan tentang mode. Kisah di balik proses penciptaan. Cerita apa yag ada di balik Citayam Fashion Week? Ini adalah pelajaran ketiga.


Dengan ketiga jurus tadi sebenarnya kita bisa menghasilkan sebuah tulisan gaya hidup yang menarik. Tapi, tentu, seperti menulis bidang apa pun, kita harus memiliki wawasan tentang bidang tersebut dengan baik. Dalam bidang gaya hidup, wawasan itu tak hanya berupa pengetahuan, tapi juga pengalaman. Terakhir, tulislah apa yang kita lihat. Tulis apa yang dilihat langsung dari Citayam Fashion Week. Deskripsikan baju-baju remaja dari Depok, Citayam, Bojonggede, dan daerah penyangga Jakarta lain tanpa memberikan penilaian. Tak perlu ada pujian, tak harus ada cacian.